Beberapa waktu yang lalu seorang teman pernah bertanya padaku, apakah saat ini aku sedang mencintai seseorang. Jujur aku sangat terkejut dengan pertanyaan itu. Terlalu frontal, blak-blakan. Apalagi di tengah tekanan menghadapi ujian semester.
Aku terhenyak sesaat. Tak tahu harus berkata apa. Bukan karena aku sedang mencintai seseorang atau tidak, bahkan aku sendiri ragu dengan perasaanku sendiri. Aku pun bertanya-tanya pada diriku sendiri, apakah ada seseorang yang kucintai saat ini.
Tentang cinta, pengetahuanku sangatlah sempit. Yang aku tahu, suatu saat ada masanya di mana akan kudapatkan cinta yang halal itu. Entah pada siapa, dari siapa, dan untuk siapa kuberikan cinta itu. Aku tak meminta pangeran setampan Nabi Yusuf yang turun dari seekor kuda putih. Toh, aku ini tak lebih dari sebutir pasir yang wujud di mana-mana.
Seorang sahabat mengirimiku sebuah pesan, “Rasa cinta orang iman tidak sampai menjadikan dirinya dosa. Bila ia memang jodohmu, Allah akan memberikannya. Sesungguhnya kebahagiaan yang sejati adalah semangat dan tertib di dalam taat kepada Allah. Sepasang kekasih yang mulia di hadapan Allah ialah kisah semasa hidup di dunianya bisa menjaga keharaman-keharaman Allah dan bisa saling rukun, menerima satu dengan pasangannya dalam kekurangan dan kelemahannya, memiliki misi dan visi yang sama, yaitu mencari ridho Allah.”
Aku sependapat dengan itu, bahwa visi akan cinta hakikatnya adalah mencari keridhoan Allah. Karena ketika ridhoNya telah didapat, maka kasih dari Allah akan terus melekat pada hambaNya. Bukan begitu?
Residence Cie, 29 Juli 2011
19.40
Monday, August 15, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 Comments:
ya. memang begitu. "Sesungguhnya kebahagiaan yang sejati adalah semangat dan tertib di dalam taat kepada Allah." kutipan dari atas ini, .....power full.
ya powerful, saya bersyukur punya teman2 yang sejalan dengan prinsip dan bisa saling menguatkan!
Post a Comment