Aku dan ibu baru saja pulang dari berburu jilbab untuk hari raya nanti ketika tiba-tiba aku teringat sesuatu, “Kenapa ibu ngga beli pasmina aja”
Ibu mengrenyitkan dahi, “Pasmina? Engga ah! Ibu ngga suka!”
“Ngga suka gimana? Bagus, bu, nutup aurot kok,” kali ini giliran aku yang mengrenyitkan dahi, heran.
Aku bergegas ke kamar dan mengambil selembar pasmina yang kubeli di Blok M beberapa waktu lalu. Kupakai pasmina abu-abu polkadot itu untuk kutunjukkan pada ibu.
“Nih, bu, cantik kan?” aku bergaya di depan cermin. Ibu mendekat dan melihat bayanganku dari cermin, “Bagus sih,”
Finally!
“Ah, tapi pasmina ngga cocok buat pipi chubby kayak ibu,” lanjut ibu.
Yah!
Aku penasaran, masa iya sih, ngga cocok buat ibu. Aku pun memaksanya untuk mencoba. “Ayolah bu, coba dulu.”
Ibu menyerah. Akhirnya beliau mau mencoba memakainya. Aku membantu mengenakan ke kepalanya. “Bagus, kan, bu!” kataku sambil menatanya. Ibu mengiyakan.
“Eh, iya, ya, engga jelek. Cari pasmina di mana ya?”
Aku semangat, membayangkan akan belanja lagi. “Wah di mana-mana ada bu. Di semua tempat yang tadi kita datengin ada kok, insya Alloh!”
“Di toko obat ada mbak?”
Ah, ibu!
-this togetherness, something I don’t get when I’m not home
11 Agustus 2011
Wednesday, August 17, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Comments:
Post a Comment