Friday, October 4, 2013

Sebuah Pondok dan Kiriman Pahala

Posted by » Nabila Sumargono at Friday, October 04, 2013
Kak, aku punya kabar gembira buatmu. Kau pasti senang mendengarnya. Kau tahu, Kak, masjid kita sekarang sudah berbeda dibandingkan ketika kau tinggalkan dulu. Kini masjid kita sudah ramai. Benar-benar ramai, Kak.
Tentu kau ingat, ketika masjid begitu sepi. Kau sangat kecewa karena teman-temanmu tidak banyak yang meramaikan masjid. Saat subuh, hanya kau dan cakligh saja yang paling rajin solat subuh berjamaah. Kadang-kadang satu atau dua temanmu yang sudah bangun ikut solat berjamaah. Dzuhur, entahlah Kak, kala itu aku juga jarang mampir ke masjid di siang hari. Ketika aku mampir ke sana di siang hari beberapa tahun silam, aku hanya menemukan dirimu seorang yang sedang mendaras Alquran. Sendirian. Ketika itu aku berpikir apakah kau tidak merasa kesepian.
Sepeninggalmu, masjid benar-benar sepi. Kau mungkin tidak percaya, ketika subuh, cakligh seoranglah yang menggaungkan adzan dan qomat, lalu menjadi imam. Pernah suatu ketika aku datang ke masjid, aku tidak menemukan siapapun di sana. Bahkan cakligh pun tidak ada.  Aku dan seorang teman perempuan hanya menunggu, barangkali saja ada seorang laki-laki yang turun dan mengimami solat kami. Hingga pukul 5 lebih tidak ada seorangpun yang datang. Beruntunglah seorang bapak pengurus datang dan mengimami solat kami. Di mana cakligh? Ternyata ia sedang menginap di rumah saudaranya. Sunyi dan senyap baru terasa ketika cakligh tidak ada, walau sehari.
Tapi, kau patut berbangga, Kak. Dengan izin Allah dan melalui usahamu serta beberapa teman, masjid kita akhirnya bisa menjadi pondok pesantren bagi para mahasiswa seperti aku ini. Masjid mulai berangsur-angsur ramai. Memang pada awalnya, ketika waktu solat tidak banyak orang yang datang menghadiri solat berjamaah. Kuakui sepeninggalmu aku juga tidak memiliki semangat yang sama seperti dahulu. Tapi aku tetap berusaha istiqomah mendatangi solat berjamaah sebisa mungkin.
Kini setelah setahun usia pondok pesantren, kami mulai berbenah. Subuh, dzuhur, ashar, magrib, isya', masjid kita selalu penuh dengan orang-orang yang solat berjamaah. Sebelum solat, lantunan alquran terdengar dari orang-orang yang menunggu qomat. Bukan satu atau dua, puluhan orang berlomba-lomba mencari pahala lewat bacaan Alquran dan pendarasan hafalan mereka masing-masing. Bahkan di sepertiga malam, masjid tetap ramai oleh santri-santri yang diwajibkan merutinkan qiyamullail. Alhamdulillah.
Kak, setiap kali aku mendengar atau melihat orang-orang di depanku mendaras Alquran di antara dua adzan, aku selalu teringat akan dirimu dan masjid ini ketika beberapa tahun yang lalu. Saat itu masjid hampir dapat dikatakan kosong. Sekarang, masjid sangat penuh dengan orang-orang yang berlomba-lomba mencari kebaikan. Aku seperti berada selangkah dua langkah dari pintu surga. Bahagia, haru, rasa syukur yang luar biasa. Semoga aku selalu berada dalam lingkungan yang seperti ini. Aku tahu, kekuranganku masih sangat banyak dan aku belum bisa istiqomah. Tapi aku juga ingin, Kak, menjadi golongan orang yang berlomba-lomba dalam kebaikan.
Kak, di manapun kau berada, insya Allah semoga ada pahala yang mengalir untukmu dan teman-teman penggagas pondok pesantren ini. Kuucapkan syukur Alhamdulillahi jazaakumullahu khoiro untuk perjuangan kalian. Semoga Allah selalu melindungi dan mencukupi kalian.

0 Comments:

Post a Comment

 

IncrediBila Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review