Sunday, October 30, 2011

Nikah Nikah..Yuk

Posted by » Nabila Sumargono at Sunday, October 30, 2011 2 Comments
Nikah? Yuh! Ayo, kita datang ke pernikahannya orang. Bukan ngajak nikah maksudnyah, haha! Diundang ke acara walimatul ursy? Uda biasa. Yang nggak biasa itu ketika diundang ke acara walimatul ursy-nya dosen. Jarang banget, langka. Aku dan teman-teman berangkat ke Serpong, naik metromini. Yah, uda cantik-cantik naik metromini. Yah, gapapalah, pengalaman naik metromini.

Kami berangkat sekitar pukul sepuluh dan sampai di lokasi sekitar lima belas menit kemudian. Saat kita sampai, dosen kami, Bu Lidiya dan suaminya belum nongol di panggung. Wah, alamat kepagian nih kita datangnya. Pas nyari temen-temen, masya Alloh, uda pada ngantri es krim. Es Krim Bea Cukai, kata temen-temen, mengingat ternyata yang punya usaha es krim itu (cerita Bu Lidiya) adalah orang Bea Cukai.

Akhirnya Bu Lidiya dan suaminya muncul. Jeng jeng jreeeng. Subhanalloh, cantik banget si ibu. Pengen salaman, tapi yang lain sibuk makan. Yauda deh, ikutan makan. Salamannya nanti aja, hehe.
Sambil dengerin nasyid yang dibawakan oleh… errr siapa yah, kata si Dessa sih itu grup nasyidnya anak STAN juga, aku menikmati hidangan yang ada di sana. Emang dari rumah udah nawaitu mau makan enak dan gretongan sih, haha, jadi semua rata-in, dicobain satu-satu. Yah, maklum anak kos, jarang makan makanan mewah.

Trus grup nasyid itu nyanyiin lagunya Maher Zain, yang judulnya Barokallahu Lakuma itu loh. Teringat kata Om Hadi semalam saat pengajian PPG, barokah artinya banyak kebaikan.
Aku melihat dua sejoli yang baru aja disatukan oleh ikatan akad nikah itu. Emang sih, orang nikah itu banyak bawa kebaikan, ya buat pasangan tersebut dan buat orang lain. Gampangnya, dengan menikah, kedua orang tersebut menyatukan dua keluarga yang tadinya nobody menjadi somebody, terus, buat orang lain, ya macam aku dan kawan-kawan. Kami bisa datang ke resepsi pernikahan mereka, bisa makan enak, bisa ketemu temen lama di acara itu, bisa dapet temen baru juga. Wah, bener deh, barokah banget.

Oke, untuk dokumentasi, mari kita tunggu si Dessa untuk mengunggahnya. Oke?

Friday, October 14, 2011

Let's be Friends :)

Posted by » Nabila Sumargono at Friday, October 14, 2011 0 Comments
Pagi ini, ketika sedang mereview persiapan presentasi makroekonomi, tiba-tiba sebuah sms masuk. Siapa, ya? Tanyaku dalam hati. Tanpa banyak ba bi bu aku membuka sms itu.
Maaf ya kmrn gw nepok pundak lo, gw lg excited wktu itu, jadi lupa kl lo cwe krudungan..jd ngrasa salah gw..
***** 
(aku sensor, no offense)
Tiba-tiba terlintas memori yang terekam kemarin. Siang itu kami baru saja pindah kelas dari I303 ke J201. Setelah kelas Perpajakan berakhir, kami masih harus mengikuti kelas Akuntansi Biaya. Di antara dua mata kuliah itu ada waktu jeda untuk solat dzuhur.
Ketika hendak solat, ia memanggil, menanyakan sudah sejauh mana tugas kelompok makroekonomi kami. Ya, kami sekelompok dalam tugas itu. “Bil, tugas kita gimana? Lo yang buat kan?” Ia lalu menyejajari langkahku, as if we walk together.
“Uda kok, uda beres,” kataku sambil berjalan.
Ia tersenyum puas. “Wah, sip! Emang deh, Nabila emang..” sepertinya ia melemparkan kata pujian. Lupa bagaimana tepatnya, yang aku ingat aku hanya tersenyum aneh.
Dan di sanalah, kemudian dia menepuk bahuku. Aku sedikit terkesiap. Dalam hati, “Waduh, ngapain nih?” Tapi aku bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Hanya berjalan sambil sedikit menjauh. Sambil berjalan aku berpikir, apa aku harus mengingatkannya untuk tidak berbuat seperti itu pada perempuan? Ini kan baru dua minggu kami sekelas. Masih dalam tahap mengenal satu-sama lain. Aku belum tahu watak teman-teman seperti apa. Dan menurutku sama sekali tidak lucu juga kalau tiba-tiba aku ceramah, mendalil di depan teman-teman tentang pergaulan laki-laki dan perempuan. Nabi juga dulu saat berdakwah tidak langsung frontal kan pada masa-masa awal kerasulannya.
Dilema. Bagaimana pun sikapku kurang benar kalau aku Cuma diam saja. Tapi kenyataannya memang aku tidak berkata apa-apa lagi setelah itu.
Dan, kau tahu sendiri kelanjutannya. Sms darinya kuakui cukup membuatku terkejut. Tapi tak ayal aku tertawa lepas. Aku malah berpikir, apa dia memikirkan sampai seperti itu, sementara aku sendiri langsung lupa dengan masalah itu. Aku jadi kasihan padanya. Haha, lucu!
Dalam hati aku berkata, “Waw, kok bisa tau ya?” Aku berpikir sebentar, kemudian mengetik sebuah balasan untuknya.
Iya ***, gpp. Nyadar jg km, haha. Kmrn sih aku kaget, tp diem aja, paling km khilaf kan, haha.. XD
Dibikin sante aja ***, asal jgn diulangi lg
Aku berusaha sehalus dan sesantai mungkin. Lagi pula aku sama sekali tidak marah. Bahkan kalaupun ia tidak mengirimiku sms itu, aku bisa mengerti kalau dia belum mengenali watakku dan paham tentang keyakinanku.
Di kelas, kami tetap akrab. Seakan-akan tidak terjadi apa-apa, dan aku senang. Kami masih tetap bisa berdiskusi tentang pelajaran, masih bisa sedikit melempar joke-joke ringan. Oh, iya. Walaupun aku sedikit membatasi pergaulanku dengan teman-teman laki-laki, bukan berarti aku tidak mau berteman dengan mereka, loh! Aku senang bergaul dengan teman laki-laki. Mereka bahkan bisa lebih fun dibanding teman-teman perempuan dan lebih bisa membuatku nyaman berteman dengan mereka daripada teman perempuan yang kelihatan punya kepentingan sendiri. Lagipula di kampus kami, jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan. Interaksi dengan teman laki-laki kan tidak bisa dihindari. Hanya saja aku berusaha menghindari, ya.. such kontak fisik, atau sms yang sifatnya melanggar barangkali. Atau bisa saja sesuatu yang tidak boleh, tapi aku lupa. Ya, aku akan berusaha menghindarinya.Agak pas juga dengan nasihat Pak Dawa’i selepas solat Jumat. Beliau membahas pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Salah satunya bahwa jarak terdekat laki-laki dan perempuan adalah satu meter. Tidak boleh lebih dekat lagi. Ya, aku akan berusaha, insya Allah!
Jadi, tenang saja. Aku orangnya suka bergaul kok, mungkin pertama kali kesannya aku ini sombong, atau pendiam. Yah, risiko punya wajah antagonis (kata teman-teman). Lihat saja nanti bagaimana kalau sifat asliku muncul. Yasudah, yang penting ayo kita berteman!

Thursday, October 13, 2011

Pentingnya Jenis Rambut Kita (?)

Posted by » Nabila Sumargono at Thursday, October 13, 2011 0 Comments
Bisakah?
Apa mungkin seorang anak memiliki rambut yang ikal, galing, bahkan cenderung kribo sementara ayah dan ibunya memiliki rambut yang lurus?
Tadi sore, sepulang kuliah, aku menyantap makan siang sekaligus malamku sambil menonton. Secret Garden. Hyun Bin. Saat jeda iklan, aku melihat iklan teh. Seorang ibu sedang mengacak-acak rambut anak laki-lakinya yang keriting. Aku lihat rambut sang ibu lurus. Nah, di akhir iklan, tergambar sang ayah mengajak ibu untuk minum teh di malam hari. Begitu kulihat, wah ternyata sang ayah punya rambut yang lurus juga.
Hmm, itulah mengapa kutanyakan, apakah mungkin seorang anak keriting terlahir dari orang tua yang lurus?
Oh, iya! Aku ingat! Bisa saja! Dominan, resesif.. Mungkin si anak dapat sifat keriting dari nenek kakeknya. Ingat? Yaya, sepertinya bisa!
Tapi agak aneh juga, ya! Mungkin ini catatan untuk para pengusaha advertising. Ada baiknya mereka supaya lebih teliti ketika mengaudisi bintang iklan.
Haha!
Mungkin tidak ada yang memperhatikan. Tapi sayang, aku terlanjur menyadarinya, jadi aneh sekali melihatnya.
Lupakan!
:)

Tuesday, October 11, 2011

Seberapa Pantas

Posted by » Nabila Sumargono at Tuesday, October 11, 2011 2 Comments
Cekidot!

Pada kuliah Akuntansi Pemerintahan pagi ini dosen kami, Pak Sutama Karta Suwita (ini nama asli beliau, katanya) alias Pak Amatus Ngotot (kata bapaknya gitu) alias Pak Totong Sutama (ini nama di jadwal yang dikasih sekre) punya cerita. Pada intinya sih ia mau bilang kalau di kampus kami, dosen itu segalanya. Artinya layak atau tidaknya kami meneruskan kuliah di sini tergantung dosen yang menilai.
Tapi jangan khawatir! Pak Totong*, begitulah beliau ingin dipanggil, ngasih tau kok bagaimana tolok ukur kelayakan kami. Menurut beliau, kelayakan seseorang dalam menjalani profesinya, bisa dilihat dari niatnya.
“Kalo kamu mau dibilang layak, minimal kamu harus punya niat,” kata Pak Totong sambil nulis kata N I A T di papan tulis. Uda gitu beliau gambar anak panah di sebelahnya.
“Niat itu berarti kamu ada komitmen di dalam hati, komitmen pada diri sendiri kalau kamu bisa dan layak. Nah, kalo kamu masih pengen kuliah disini, minimal kamu harus punya komitmen dong untuk bisa bertahan di sini,” kata beliau sambil nulis kata K O M I T M E N di sebelah anak panah.
Semua diem. Entah ngedengerin, entah pada ngantuk. Yah pokoknya diem semua. Si Wiwit di sebelahku uda tiga watt, kriyep-kriyep, siap padam.
Pak dosen ngelanjutin lagi, “Teruuus, yang kedua kamu itu harus punya kemampuan. Bla bla bla bla…”
Aku miss di sini, ga terlalu fokus dengan ceramah bapaknya. Akhirnya aku hanya merekam tulisan yang ada di papan tulis.
LAYAK
1. Niat  --> KOMITMEN
2. Kemampuan --> KOMPETENSI
Trus poinnya apa?
Aku rasa yang ditulis bapak tadi uda cukup jelas. Kalo merasa pantas dalam suatu hal, kamu harus punya komitmen untuk sungguh-sungguh tenggelam dalam hal itu. Setelah itu kamu pun harus punya kompetensi dalam melakukannya. Tau kan, berarti kamu harus berkemampuan, harus punya skill. Gampangnya, kalo kamu ingin jadi akuntan, satu: kamu harus niat jadi akuntan, punya visi dan misi untuk apa jadi akuntan. Dan yang penting, kamu punya kemampuan untuk jadi akuntan. Kuliah jurusan akuntansi, belajar sampe kamu bisa.
Atau kalau kamu pengen jadi insinyur (sekarang yang ada sarjana teknik), perkayalah pengetahuan dan keterampilan kamu supaya kamu pantas jadi insinyur.


Dipikir-pikir, menerapkan konsep ini dalam hal percintaan bisa juga loh.. #eeaa
Buat sendiri analoginya ya, hehe
Sekian :)

10 Oktober 2011
13:03

*kalo ada yang tau artinya (terutama orang Medan), jangan ketawa yah XD

Monday, October 10, 2011

Status: Mengapa Menulis?

Posted by » Nabila Sumargono at Monday, October 10, 2011 0 Comments
Sampe sekarang, aku bingung dengan the real benefit of nulis status di facebook. Memang, jaman SMA dulu, ketika lagi labil-labilnya, aku suka buat status-status galau, biar si Doi baca gitu (aduh, jahiliyah pisan abdi). Ketika meninggalkan masa labil, nulis status cuma iseng aja. Ngerjain temen, ngobrol sama temen, biasa, datar-datar aja.
Kemudian saat menginjak masa-masa alam hidayah, kadang-sering malah-buat status yang berbau dakwah. Waktu itu yang ada di pikiranku (hingga sekarang), aku harus berbagi sesuatu yang bermanfaat. Titik. Bodo amat mau dibilang baru tobat, sok alim.
Sekarang aku nulis status di facebook sudah bukan menjadi prioritas utama. Maksudku, facebook sekarang jadi media cari berita aja, in case ada info-info penting.
Selain itu, sekali-kali aku buka facebook menyengaja untuk baca update status temen-temen. Bukan stalking eh, hanya membaca di news feed aja. Lucu-lucu deh. Macam-macam isinya. Nah berikut beberapa status yang kubaca dan dibawahnya ada komentarku, nggak akan kutulis kok, bisa abis aku!
- Lagi di KFC xxx-
# norak, makan junk food aja pamer

- Kebelet p*p*s :o -
# helloow! Uda sana gih pipisnya! Sempet2nya apdet status

- klo berpendapat tu jgn maksain kehendak dong...aduh cpek deh 2011 kok purik pendapatny ga dipke... -
# nyari tempat ngomel

- 2 hari lagi pergi selamanya dan dya tidak pernah kesni lgi...#sedih T_T
# langganan galau

- always listening, always understanding
# curiga, jangan-jangan petugas asuransi

- Senjata cewe yg paling ampuh di hadapan cowo adalah NANGIS -
# itu PITNAH!!

- hiks hiks ;(
kudu nangis q ngrjain soal mtk ;-( -
# galau akademis

Aku pernah mengalami masa-masa itu. Jadi ya, aku memaklumi. Walau kadang-kadang terbesit di pikiran, "Ngapain apdet status beginian,"

So, untuk apa menulis status? Inilah jawaban beberapa koresponden.
1. Galau
2. Biar eksis
3. Pamer
4. Iseng
5. Berbagi

Kamu termasuk yang mana?

Saturday, October 8, 2011

Kampanye Ala Kadarnya

Posted by » Nabila Sumargono at Saturday, October 08, 2011 0 Comments
Oke, temen-temen, masih dalam suasana malam minggu yang mengharu biru #apadeh. Malam ini aku ganti foto profil loh. Aku ganti dengan gambar segelas air. Jernih banget airnya.
Sedikit cerita, aku suka air. Alasannya mungkin sama dengan semua orang, air itu membantu kita di kehidupan. Buat minum, buat mandi, buat nyuci, deskripsinya kurang lebih sama lah. I love many things about water. Gelembung air, embun, hujan.
Embun, kalau pagi-pagi kamu keluar, kamu pasti, eh insya Alloh, bakal nemuin embun di mana-mana.
Hujan. Pas lagi hujan, enak banget suasananya, momentnya cocok buat istirahat. Ngga enaknya kalo pas lagi di luar, atau pas lagi pengen keluar. Tapi hujan tuh menunjukkan kepasrahan. Maksudnya gini, hujan, walaupun lagi musimnya, kalo ngga ditakdirkan turun, ya ngga bakal turun. Tuh, hujan aja bisa pasrah. Kita juga cuma bisa pasrah nungguin hujan, ngeliatin hujan atau pasrah kehujanan.
Aku seneng banget kalau dengar suara gelembung air yang biasanya muncul pas lagi nuangin air. Klutuk klutuk klutuk.. gitu. Lebih seneng lagi kalau bisa liat gelembungnya. Suara air di keran, sungai, air terjun, wah rasanya nyess, adem di hati. Mungkin itu sedikit banyak disebabkan  kelegaan karena masih bisa punya air bersih. Atau bisa juga karena ya, menganggap air itu kehidupan, lebay, eh tapi bukan sirik.
 
Sebenarnya pemilihan gambar untuk foto profil itu ada misinya juga. Kalian tau kan kalau saat ini kita lagi ngalamin masa-masa yang sedikit sulit. Air bersih mulai kritis keberadaannya. Saat dunia membutuhkan, ia menghilang… (Hayah, hari gini masih ngomongin Avatar). Alhamdulillah di rumah air masih lancar, ngga ada kabar kesulitan air dari kampung halaman. Di kosku air tetap lancar juga, alhamdulillah. Padahal jarak seratus dua ratus meter sudah banyak tetangga yang mulai kesulitan air bersih. 

Bisa ngebayangin ngga sih kalau ngga ada air? Haus karena ngga bisa minum, panas dan gerah karena mandi cuma sehari atau seminggu sekali, kepala gatel karena ngga bisa sampoan,dan nyuci! Parah lagi tanpa air, kayaknya sulit banget menjaga kesucian, betul. Selama ini masalah kesucian kan kita mengandalkan air. Haduuh.. ini disebabkan kemarau yang mampir ngga kira-kira. Hujan ngga dikasih lewat! Padahal aku rindu loh suara hujan dan bau tanah yang abis kena hujan.

Ngomong-ngomong, air sekarang bukan barang bebas kan ya? Sekarang air adalah barang ekonomi. PDAM, pabrik-pabrik air minum dalam kemasan juga rata-rata “mengambil keuntungan” dari alam. Beli a*ua lima ratus perak aja cuma dapet segelas. Padahal kebutuhan air untuk tubuh kita minimal 8 gelas perhari kan. Itu cuma buat minum aja. Belum mandi dan nyuci yang jelas-jelas butuh buanyak air untuk menjaga kebersihan dan kesucian.


Trus kita musti ngapain nih? Hemat air! Kalau kamu punya kebiasaan ninggalin keran air terbuka pas lagi sikat gigi atau cuci muka di wastafel, sebaiknya hilangkan deh kebiasaan itu. Lumayan airnya kalo dikumpulin. Trus, biasakan juga menghabiskan minuman yang ada dalam gelas. Pengalaman nih, dulu suka boros air. Aku ambil air minum yang banyak di gelas, sampai hampir penuh, tapi ngga aku abisin. Eeh, sama ibu dibuang. Kan airnya uda kecampur sama debu , kotor, kata ibu. Sedikit-sedikit sih kayaknya biasa aja, tapi efeknya baru kerasa pas lagi ngga punya air minum, nyesel pernah buang air minum. Aku bisa ngomong seperti itu karena aku juga dulu pernah melakukan kebiasaan-kebiasaan buruk itu.
Selain itu apa lagi nih yang harus kita lakuin? Kasih saran dong! Pokoknya Selamatkan Air di Indonesia! Di dunia juga deh!

Malam Minggu Ceritaku

Posted by » Nabila Sumargono at Saturday, October 08, 2011 0 Comments

Temenku Hilda pulang malem! Entah refleks atau cerewet, aku tanya, “Wew, dari mana, Hil?’
“Malam minggu dong. Masak di kos mulu,” jawabnya sambil menimkati semangkok bakso.
Whattttt, dalam hatiku. Malam minggu. Aku tau dia Cuma bercanda. tapi bener juga sih. Malam minggu katanya malam yang panjang buat muda-mudi. Nah, seperti apa sih malam minggu orang-orang? 

Baca status temen-temen, ada yang lagi seneng-seneng sama pacar, ada yang merana karena lagi ngga ada gandengan. Ada yang nonton pildacil saking stucknya ngga punya kawan dan ngga punya duit. Ada yang bengong. Ada yang jualan jahe wangi, haha, kasian. Yang galau juga, beuh banyak banget. Aduh macem-macem deh. Oh iya, ada yang ngosek wc pula, haha.. merasa senasib.

Senasib? Iya,kalo biasanya malam minggu aku baca-baca, nulis, nonton, masih mending itu mah! Malam ini aku nyuci ma men… aduh-aduh. Malem-malem, ngucek-ngucek baju, meneliti bagian-bagian yang mungkin masih kotor seperti di kerah leher sama lengan. Kalo orang lain lagi pada nyolek pacarnya, aku mah nyolek sabun, tragis! Ahaha, ngga papa deh. Memang ada waktunya pas malam ini. Yah, maklum lah,  aktivis. Aktivis bengong, aktivis tidur siang, aktivis luntang-luntung.

sumber: Google

Udah nyuci, hayoh we lanjut jemur. Untung ngga ada yang liat, coba kalo ada, bisa dikata gila! Ngga ada panas, ngga ada matahari, ngejemur! Haha, bercanda. Yah, emang di kos jemurnya indoor sih (emang tennis, bisa indoor), mengandalkan kekuatan udara. Tapi semua berubah saat Negara Api menyerang… *kumat.

Oh iya jadi inget ada temen yang lagi sakit dan terpaksa nginep di rumah sakit. Tadi abis jenguk sama temen-temen yang lain. Siapa sih yang mau malmingan di rumah sakit, terkapar ngga berdaya? Yah, mudah-mudahan diberi kesembuhan oleh Alloh ya, Kak!

Trus kesimpulannya apa? Ngga ada sih. Yah pada intinya malam minggu, atau malam-malam lainnya, semua orang punya cerita. Yang sehat supaya syukur karena diberi kesehatan, yang sakit supaya syukur, karena dosanya rontok. Yang jomblo, supaya syukur karena jauh dari pelanggaran. Yang baru nikah supaya syukur, bisa pacaran juga akhirnya. Yang pacaran tapi belum nikah juga syukur ada kesempatan #eehh bukan gitu ding. Kalo yang satu ini mah supaya segera tobat, lalu bersyukur punya kesempatan tobat. Pokoknya tiap hari kudu syukur #maksa.

Malam ini segitu dulu. 

23:04
bertemankan nyamuk yang setia

Wednesday, October 5, 2011

Sabar, Selain Selangkah Demi Selangkah

Posted by » Nabila Sumargono at Wednesday, October 05, 2011 0 Comments
Waktu kuliah di kelas Lab. Intermediate Accounting, Bu Lidiya dosen kami menagih PR yang minggu lalu beliau berikan. Ternyata ada salah seorang yang nggak mengerjakan, bukan aku loh.
Ketika ditanya mengapa, jawab si tersangka, "Saya ngerjain exercise-nya bu, bukan problem,"
Syukurlah Bu Lidiya termasuk dosen yang baiiiiik banget banget banget, banget pangkat sekian. Beliau nggak marah, walaupun secara logika sih, apa mungkin dia bisa salah informasi, lha wong infonya sudah dijarkom oleh ketua kelas.
Gantinya, sang dosen memintanya menyesaikan problem itu di depan kelas. Jadi selama kuliah berlangsung, kami membahas problem, problem, problem saja. Awalnya kelihatan sulit, kelihatan. Karena membaca soalnya saja butuh pemahaman. Selama setahun belakangan, aku sering dihadapkan soal-soal problem untuk Principal Accounting, dan sering banget berhenti di tengah jalan karena terlanjur putus asa. Kali ini di Intermediate Accounting aku berusaha untuk lebih sabar, step by step mencari jalan keluar. Eh, ternyata soal itu bisa diselesaikan kok.
Berkali-kali melihat kata "PROBLEM", kok tiba-tiba aku beranalogi ngawur, "Lah, problem akuntansi aja bisa ketemu solusinya kalo kita sabar ngerjain selangkah-selangkah, problem hidup juga harusnya bisa ketemu solusinya kan, kalo cara menghadapinya sama: sabar dan step by step."
Oke, agaknya aku harus lebih meningkatkan kesabaranku deh. Manusia kan nggak lepas dari problem, kecuali dia mati. Itu artinya kedepan akan ada problem-problem yang menanti di kehidupan mendatang. Nah, kalau gitu, ayo kita meningkatkan kesabaran kita, dan always "from that on..." selangkah demi selangkah.. (jadi inget Senja :) Apa kabar ia sekarang..)

Tuesday, October 4, 2011

Tentang Teman

Posted by » Nabila Sumargono at Tuesday, October 04, 2011 0 Comments
Teman seperti apa sih yang cocok denganku?

Duri atau Mawar #2

Posted by » Nabila Sumargono at Tuesday, October 04, 2011 0 Comments
Termenung. Malam ini aku cuma bisa diam, merenung, dan menghela napas. Biasanya begitu adzan magrib atau isya berkumandang, Bapak mengajak anak-anaknya untuk bergegas ke masjid bersama. Jelas berbeda dengan keadaanku sekarang. Pergi ke masjid sendiri, kadang-kadang aras-arasen, ya karena nggak ada teman jalan bersama.

Ah, betapa dua minggu yang lebih baik dari sebelumnya. Hal-hal sederhana seperti membangunkan adek-adek, memandikan mereka, kadang-kadang. Atau belanja bareng ibu, diskusi resep-resep makanan, beres-beres dapur.

Sederhana, bahkan terlalu berlebihan kalau itu disebut quality time. Tapi aku sungguh-sungguh menganggap bahwa itulah dua minggu yang berkualitas. Walau ya, berkali-kali kubilang bosan, kulalui itu semua dengan rasa syukur bahwa anugerah dari Alloh masih bisa kunikmati. Itulah sebabnya mengapa aku punya quality time di tengah kejenuhan yang melanda. "Durinya bisa kurasakan, tapi aku tetap bisa melihat indahnya mawar."
alhamdulillah, hari ini adalah anugerah.

19.22 29.09.11

 

IncrediBila Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review