Saturday, August 20, 2011

Kebiasaan Baik #2

Posted by » Nabila Sumargono at Saturday, August 20, 2011 0 Comments
Sedang asyik-asyiknya aku membaca Alquran di sore hari, adik-adikku ribut. Ofi, Prama, Rafi. Mereka memang senang bercanda, adaaaa saja yang bahan bercandaan mereka setiap hari.
“Berisik!” aku terganggu. Aku menghentikan membaca quranku. Geruudukk..geruduk! adik-adik malah kejar-kejaran di dalam rumah. Ngapain mereka itu! Mereka baru berhentu kejar-kejaran setelah melompat dan membanting tubuh mereka ke tempat tidur. Bummm!! Membal.
Karena semua ngumpul di kamar, tak kusia-siakan kesempatan untuk ‘ceramah’. “Dek, mbok ya kalian tu baca quran. Bulan puasa lho! Pahalanya dilipat gandakan jadi sepuluh!”
Mereka hanya melihatku dengan pandangan biasa. Saat itu aku merasa karierku sebagai ustadzah dadakan akan hancur. 
Aku kembali bicara, “Eh, tau nggak, kalau ada anak sholeh yang rajin baca Quran, orang tuanya nanti diberi mahkota sama Alloh, trus mahkotanya bisa bersinar lebih terang daripada matahari. Enak banget kan! Coba, kalau ibu bapak dapet mahkota, kamu dapet apa? Pasti dapet yang lebih buuuagusss lagi!”
Aku lebay.
“Iya, mbak?” sepertinya Prama mulai tertarik.
“O, iya dong. Makanya, ayo baca quran!” ajakku, “Ofi , ayo baca Quran juga!”
Tapi merek tidak langsung melaksanakannya. Mereka manyun, dengan manyunnya masing-masing.
Lantas Prama berargumen, “Nanti aja, mba! Kan baca Quran abis Magrib!”
“Iya, mba, nanti aja abis magrib!” Ofi mendukung argumen adiknya. Mereka bermalas-malasan.
“Sekarang!” kataku. “Daripada kalian gojek terus, ga ada manfaatnya!”
Mereka mulai mengiba, “Wis go, mba, ya, nanti aja, go, mba!”
Sepertinya aku harus mengeluarkan jurus "hansip nelen pentungan"-ku.
“Mba bilang SEKARANG! Ayo, ambil Quran! Baca! Mba Ufa liburan Cuma sebentar kok kalian ga mau nurut sih! Ayo, sekarang nurut kata mba!” aku ngoto. Mereka pokoknya harus baca Quran.
Ya, begitulah. Akhirnya mereka membaca Quran, walaupun kelihatannya terpaksa. Aku lega. Kuteruskan membaca Quran hingga magrib tiba.
Selesai sholat magrib, aku membuka ponselku. Mengecek SMS-SMS yang masuk. Tiba-tiba suara adik-adikku bergema memenuhi kamar sebelah, “Audzubillahi minassyaitooonirrojiim…
Aku melongok ke kamar mereka dan mendapati mereka membaca Alquran. Afi, Ofi, dan Prama, mereka sibuk dengan Alquran mereka masing-masing. Rafi kulihat sedang mengambil Iqro jilid 2-nya dari rak, lalu menghampiriku, “Mba, baca iqro!”
Aku speechless. Mereka memang menepati jadwal mereka membaca Alquran. Rasanya aku melihat orang-orang yang sabiqqumbil khoirot, orang-orang yang berlomba-lomba mencari kebaikan. Bangga karena orang-orang itu adalah adik-adikku.
Ah, sekali lagi, mengajarkan anak kebiasaan-kebiasaan baik itu gampang-gampang susah (atau susah-susah gampang). Kadang kita harus sabar dan bersikap manis di depan mereka. Tapi ada kalanya kita harus keras dan galak terhadap mereka. Pintar-pintar saja, sih, dalam memperlakukan mereka.
Sedikit pengalamanku, mudah-mudahan bermanfaat.
SK, 20-08-11

Wednesday, August 17, 2011

Playlist

Posted by » Nabila Sumargono at Wednesday, August 17, 2011 0 Comments
Siang tadi, masih dalam suasana hatiku yang buruk. Aku membantu ibu memetik kangkung di dapur. Ibu kemudian memutar musik dari ponselnya. Aku mendengarkan lagu tersebut, tapi tidak mengenal lagu apa dan siapa penyanyinya.
“Bu, ini lagu apa sih?” tanyaku.
Masih sambil memetik kangkung, kata ibu, “Harusnya Memilih Aku,”
“Yang nyanyi siapa?”
“Tere,”
Aku hanya ber-ooh saja. Begitu selesai, lagu lain diputar. Kembali aku tidak mengenal lagu tersebut dan kutanyakan lagi pada ibu. Ada lagunya Afgan, Lagunya Ungu featuring Andien.
“Ini kan soundtrack film, fa,” kata ibu lagi.
“Film apa?”
“Filmnya Ungu,”
Aku merasa jenuh mendengar lagu-lagu yang ibu putar. ingin sekali rasanya kuputar lagu-lagu Genesis dan Phil Collins. Lantas tanpa kupikir, aku berujar, “Ufa ngga suka lagu-lagu ini,”
Ibu pun berhenti. Terhenyak. Aku lantas merasa menyesal telah berkata seperti itu pada ibu. Tapi sejurus kemudian ibu tetap melanjutkan aktivitasnya. “Ah, ibu suka kok. Lagian lagu-lagu yang masuk playlist ibu kan udah melewati …emm,”
“Seleksi?” sambungku.
Ibu mengangguk.
Aku ikut mengangguk.
“Ufa ngga update sih bu, sama lagu-lagu Indonesia.” kataku, sedikit pembelaan—lebih tepatnya.
“Kamu di sana sibuk ya, Mbak?”
“Engga juga sih, masih tetep bisa nonton tivi kok. Ngga suka aja, bu. Phil Collins aja uda banyak banget. Uda cukuplah buat lahan, heheheh,” ujarku.
Ibu sepertinya mengerti kalau aku tidak menyukai lagu-lagu yang diputar. Beliau mematikannya.
Aku berhenti membersihkan ikan ditanganku, lalu berpikir. Sepertinya aku terlalu kasar tadi. Sebenarnya tidak apa-apa juga kan kalau aku ikut mendengarkan musik favorit ibu, walau tidak suka. Toh, ibu juga ikut mendengarkan lagu-lagu Phil Collins kala aku memutarnya. Walaupun tidak suka, setidaknya aku harus berusaha menerimanya.
Ya, lain kali aku akan menghormati kesukaan orang lain. Maaf ya, bu!

SK, 17 Agustus 2011
“On bended knee”

Catatan Galau #2

Posted by » Nabila Sumargono at Wednesday, August 17, 2011 1 Comments
Hari ini mendung. Sebenarnya bukan cuaca yang mendung melainkan suasana hatiku hari ini. Aku sendiri heran, kenapa bisa begini, padahal kamu tau kan, aku jarang banget mengalami bad mood seperti ini.
Ah, entahlah! Barangkali akumulasi dari kejenuhanku selama sepuluh hari liburan. Sepuluh hari man! Aku nganggur, ngga ada kerjaan. Masih ditambah galau memikirkan IP. Ah galau galau galau!
Aku sudah tidak semangat sejak bangun tidur. Beres-beres rumah, bapak malah mengomentari pekerjaanku. Aku diam saja. Tapi bungkamku malah membuatku dibanding-bandingkan dengan Ifa!
Ah, Ifa! Wajarlah! Adikku itu memang gadis dengan segudang prestasi, sementara aku? Ordinary girl with ordinary ability and ordinary hopes. Aaarghh..
Semakin aku putus asa ketika aku menonton upacara peringatan proklamasi kemerdekaan Indonesia dari tivi. Aku menuliskan apa yang kupikirkan tentang tujuhbelasan itu. Saat kubaca tulisanku, aku tidak menemukan passion yang biasa keluar ketika aku menulis. Ketika kumeresapi makna perjuangan kemerdekaan, aku menyadari betapa lemah daya juangku. Aku tak banyak berjuang. Aku tak banyak berusaha. Aku tenggelam dalam rasa malas, pesimis, negative feeling, entahlah. Aku ini ikan besar di kolam kecil, padahal lautan begitu luas membentang di sana.
Aku mengeluh, mengeluh, aku mengeluh. Daripada memubadzirkan waktu, kubaca ayat-ayat Quran untuk menghilangkan kesusahanku. Satu juz satu dudukan, aku baru sadar, bacaanku tadi sepertinya bukan untuk mencari wajah Tuhan, tapi lari dari masalah! Yah, mudah-mudahan saja Allah mau menerima bacaan Quranku tadi.
Sungguh aku ingin keluar dari kegundahan yang menggelayuti pikiranku. Aku ingin jadi manusia baru. Manusia yang berguna, manusia yang baik. Manusia yang..ideal? Yah pokoknya aku ingin menghilangkan semua hal negatif dari diriku. Aku ingin keluar dari pikiran buruk yang menjebakku. Aku ingin bebaaaaasss!

SK, 17-08-11
Ikan besar di kolam kecil
12:18

17 Agustus?

Posted by » Nabila Sumargono at Wednesday, August 17, 2011 0 Comments
Hari kemerdekaan. Merdeka dari apa? Merdeka untuk apa? Tanggal 17 Agustus 2011, seperti biasa yang kulakukan hanyalah menonton upacara peringatan proklamasi kemerdekaan dari televisi. Seperti biasa. Yah setidaknya ada saat di mana pikiranku pergi ke masa aku mengenyam bangku SD. Di masa itulah aku dijejali berbagai cerita-cerita perjuangan bangaimana Indonesia bisa mendapatkan kemerdekaannya. Tepatnya sih bukan cerita, karena itu materi pelajaran IPS yang harus kuhafal agar aku bisa lulus ujian.

Menginjak bangku SMP dan SMA, aku semakin tahu dan mulai dapat membayangkan bagaimana perjuangan kaum muda untuk mendapatkan kemerdekaan. Aku pun paham bagaimana kegigihan para mahasiswa memperjuangkan pemikirannya.

Nah, kini statusku pun sudah menjadi mahasiswa. Sayangnya aku tak punya banyak daya seperti mahasiswa-mahasiswa di zaman dulu. Aku hanya mahasiswa biasa, amat biasa. Datang ke kampus untuk mengikuti perkuliahan, pulang ketika waktunya, belajar seperlunya. Hanya itu.

Satu-satunya yang kusadari tentang perjuanganku, adalah bagaimana aku dapat bertahan mengikuti perkuliahan tepat waktu—tiga tahun—lulus, lalu bekerja menghidupi keluarga. Sudah, itu saja. Ketika telah kuselesaikan tugasku, mengabdi pada ibu-bapak, keluarga, menghidupi mereka, lalu mati dengan tenang, barangkali itulah yang kusebut kemerdekaan.
17 Agustus. Tidak ada yang berbeda kecuali peringatan semata.

SK, 17 Agustus 2011
10:17
pasang surut kehidupan

Surat untuk Ufa

Posted by » Nabila Sumargono at Wednesday, August 17, 2011 0 Comments
Dear Ufa,
Aku tidak tahu apa yang terjadi pada dirimu, apa yang menemuimu, apa yang merintangimu, dan apa pula yang membantumu menjalani hidup yang akan datang. Dua tahun kedepan ini, kau akan menempuh jalan berliku untuk sampai pada Yudisium dan Wisuda. Walau ‘sekadar’ ilmu dunia, tak salah kan aku ingin kau sukses meraihnya agar kelak hidupmu terukir kebahagiaan dan mengukir kebahagiaan untuk orang lain dengan prestasi duniamu. Meski sempat tersandung, aku ingin kau bangkit dan melanjutkan perjalananmu dengan lebih baik lagi.


Ketika kau berbicara, ingatlah masa-masa ujian dimana kau merasa perkataan dan omong kosongmu selama ini tak membantumu dalam ujian.


Ketika kau malas belajar, ingatlah masa-masa ujian dimana kebodohan dan ketidaktahuan begitu terasa mematikan.


Ketika kau merasa bukumu begitu membosankan, ingatlah masa-masa ujian di mana kau menyadari bahwa buku itulah jawaban semua soal, lalu kau menyesal karena tidak kau tekuni dengan serius.


Ketika kau menyia-nyiakan waktu luangmu, ingatlah masa-masa ujian dimana kau tak dapat berbuat lebih banyak lagi untuk mendapatkan hasil yang baik.


Ketika kau merasa Allah tidak adil, ingatlah Allah masih memberimu kesempatan mengikuti ujian di kampus tercintamu untuk mencapai jenjang yang lebih tinggi.


Bersyukurlah. Tidak semua temanmu mendapatkan apa yang kau miliki. Bersyukurlah karena kau bisa berada di tempat di mana kau berada sekarang. Bersyukurlah karena kau bisa menyandang jas almamater kebanggaan. Bersyukurlah karena kau memilki takdir yang baik. Bersyukurlah…


SK, 16-08-11
15.34

Catatan Galau

Posted by » Nabila Sumargono at Wednesday, August 17, 2011 0 Comments
“Mw bikin galau yg lagi asik liburan ah… Kira2 kapan ya pengumuman ip? gak ada kepastian nilai ni… ada yang lagi cenat-cenut gk ni…hehe” 
Begitu postingan seorang teman dalam grup kelas di Facebook. Wah, minta dibata dia.

Aku jadi memikirkan bagaimana kira-kira IP-ku nanti. Apakah nanti hasilnya akan baik atau baik, entahlah, aku sama sekali tidak bisa memprediksi kira-kira berapa angka yang keluar. Ini jelas berkaitan dengan prestasi belajarku. Aku menyadari, semester ini aku tidak berusaha dengan maksimal. Aku mengakui bahwa aku kurang belajar, kurang berusaha memahami pelajaran, terkantuk saat kuliah, dan menyerah begitu saja ketika ada hal yang tidak kupahami.

Parahnya lagi, aku dikuasai rasa malas. Bukan hanya urusan kuliah, bahkan aku pun mulai malas mendatangi mesjid, malas mendatangi pengajian ba’da subuh, atau sekadar solat berjamaah. Malas, tak bersemangat, tak ada keinginan sama sekali untuk berkembang.

Satu semester, selama itulah aku terjebak dalam penyakit ini. Sungguh dalam masa itu aku menyadari ada yang salah dalam diriku. Masalahnya aku pun tak memiliki semangat untuk merubah hidupku yang kacau itu.
Kalau ditanya apa aku galau, ya iyalah, jelas aku galau. Ini kan erat kaitannya dengan hidupku. Aku baru menyesal tatkala kusadari, betapa satu semester yang kusia-siakan itu sungguh akan sangat berpengaruh. Tentu saja karena pada kasus ini IP-ku sangat berpengaruh pada kelanjutan studiku. Itu-yang-tidak-boleh-disebut-namanya benar-benar menakut-nakutiku, kuakui. Yah, rasanya seperti kehilangan masa muda saja dihantui hal seperti itu.

IP? Entahlah. Tak henti-henti aku meminta belas kasih Allah agar IP-ku tidak terjun bebas. Walaupun aku telah mengutarakan hal ini pada Ibu dan Bapak, setidaknya mereka tidak akan terlalu kecewa apabila IPku hanya turun sedikit, atau minimal seperti semester lalu lah. Masalahnya aku teramat yakin IPku akan turun! Pikiran inilah yang tidak bisa dibiarkan, aku butuh bantuan untuk melawannya!

Walau begitu aku tetap optimis!! Proceed! Aku berusaha meyakinkan diriku dan membangun pikiran positif, aku akan menyelesaikan studiku tepat waktu, tiga tahun. Akan kujalani semester tiga, empat, lima dan enam, dilanjutkan yudisium dan wisuda kelak, seperti rencana hidupku. Ayolah, aku pasti bisa melewatinya, insya Allah! Bisa! Bisa! Bisa!

SK, 16-08-11
13.58

Pasmina

Posted by » Nabila Sumargono at Wednesday, August 17, 2011 0 Comments
Aku dan ibu baru saja pulang dari berburu jilbab untuk hari raya nanti ketika tiba-tiba aku teringat sesuatu, “Kenapa ibu ngga beli pasmina aja”
Ibu mengrenyitkan dahi, “Pasmina? Engga ah! Ibu ngga suka!”
“Ngga suka gimana? Bagus, bu, nutup aurot kok,” kali ini giliran aku yang mengrenyitkan dahi, heran.
Aku bergegas ke kamar dan mengambil selembar pasmina yang kubeli di Blok M beberapa waktu lalu. Kupakai pasmina abu-abu polkadot itu untuk kutunjukkan pada ibu.
“Nih, bu, cantik kan?” aku bergaya di depan cermin. Ibu mendekat dan melihat bayanganku dari cermin, “Bagus sih,”
Finally!
“Ah, tapi pasmina ngga cocok buat pipi chubby kayak ibu,” lanjut ibu.
Yah!
Aku penasaran, masa iya sih, ngga cocok buat ibu. Aku pun memaksanya untuk mencoba. “Ayolah bu, coba dulu.”
Ibu menyerah. Akhirnya beliau mau mencoba memakainya. Aku membantu mengenakan ke kepalanya. “Bagus, kan, bu!” kataku sambil menatanya. Ibu mengiyakan.
“Eh, iya, ya, engga jelek. Cari pasmina di mana ya?”
Aku semangat, membayangkan akan belanja lagi. “Wah di mana-mana ada bu. Di semua tempat yang tadi kita datengin ada kok, insya Alloh!”
“Di toko obat ada mbak?”
Ah, ibu!

-this togetherness, something I don’t get when I’m not home
11 Agustus 2011

Monday, August 15, 2011

Visi Cinta

Posted by » Nabila Sumargono at Monday, August 15, 2011 2 Comments
Beberapa waktu yang lalu seorang teman pernah bertanya padaku, apakah saat ini aku sedang mencintai seseorang. Jujur aku sangat terkejut dengan pertanyaan itu. Terlalu frontal, blak-blakan. Apalagi di tengah tekanan menghadapi ujian semester.

Aku terhenyak sesaat. Tak tahu harus berkata apa. Bukan karena aku sedang mencintai seseorang atau tidak, bahkan aku sendiri ragu dengan perasaanku sendiri. Aku pun bertanya-tanya pada diriku sendiri, apakah ada seseorang yang kucintai saat ini.


Tentang cinta, pengetahuanku sangatlah sempit. Yang aku tahu, suatu saat ada masanya di mana akan kudapatkan cinta yang halal itu. Entah pada siapa, dari siapa, dan untuk siapa kuberikan cinta itu. Aku tak meminta pangeran setampan Nabi Yusuf yang turun dari seekor kuda putih. Toh, aku ini tak lebih dari sebutir pasir yang wujud di mana-mana.

Kebiasaan Baik? Bisa Kok! #1

Posted by » Nabila Sumargono at Monday, August 15, 2011 0 Comments
Mengajarkan anak akan kebiasaan –kebiasaan yang baik-baik memang susah-susah gampang. Ada kalanya kita harus pandai-pandai bermulut manis agar mereka tertarik dengan apa yang kita ajarkan. Ada kalanya pula kita harus tegas dan memaksakan kehendak. Nah kali ini aku punya beberapa cerita tentang mengajarkan anak—lebih tepatnya sih adik—untuk melakukan sesuatu yang baik-baik.

Dua hari pulang, aku emperhatikan kalau setiap berbuka puasa, Prama selalu punya banyak makanan. Balam dendam mungkin ya, karena puasa seharian. Aku berkomentar saja, “Jajanmu kok banyak sih, dek, uangnya banyak ya!”

 

IncrediBila Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review