Saturday, November 26, 2011

Catatan Sakit Mata: Jangan Sedih, Kesabaranmu Tengah Diuji

Posted by » Nabila Sumargono at Saturday, November 26, 2011
Episode sebelumnya: Aku akhirnya menumpahkan semua bebanku dalam sms pada ibu dan bapak.


Begitu pesan itu kukirimkan, tiba-tiba aku menyesal. Kenapa aku malah mengeluh, bisa-bisa ibu dan bapak semakin mengkhawatirkanku.
Ibu membalas smsku dan berkata, ibu selalu mendoakanku. Aku berusaha menguatkan hatiku sendiri.
Ketika hendak berangkat ujian, bapak meneleponku. Ya, beliau membesarkan hatiku.



Bapak: "Ini lagi di mana?"
Aku: "Masi di rumah, pak. Ini mau berangkat sekarang"
Bapak: "Jangan terlalu dipikirkan ujiannya, mbak. Nggak apa-apa ujiannya semampunya saja. Banyak doa, mbak harus yakin sama pertolongan Alloh. Sing sabar mbak."
Mendengar suara bapak yang dalam dan menenangkan, hatiku semakin terenyuh. Akhirnya pecah tangisku. Rasa syukur, haru, kangen, dan gelisah yang berubah jadi ketenangan bercampur jadi satu.
Aku menjawab "iya" sambil terisak. Mataku terasa semakin pedih karena terkena air mata.
"Sudah, sudah, mbak. Banyak doa, banyak doa ya."
Alhamdulillah, Alloh memberiku kemampuan dalam menjawab soal-soal intermediate accounting itu.


Sorenya, bapak kembali menelepon. Menanyakan keadaanku dan ujianku paginya.
Tak lama ibu pun menelepon, sama, menanyakan bagaimana keadaanku.
Ibu: "Tadi Ufa nangis ya? Kata bapak tadi ufa nangis waktu ditelepon."
Aku: "Iya bu. Hee. Sebenernya ufa tadi ga kepengen nangis. Tapi karena ufa denger suara bapak, malah jadi kepengen nangis." (aku bingung menjelaskannya pada ibu)
Ibu: "Yauda, ufa harus sabar ya."
Aku: "Sebenernya ufa ga mau cerita, bu. Ufa ngga mau bikin ibu sama bapak kepikiran. Tapi tadi pagi tuh selain kesakitan, ufa juga khawatir dengan ujian ufa. Kemarin kan ufa ga bisa belajar sama sekali bu. Ufa bingung mau cerita sama siapa, temen-temen ufa kan lagi mikir ujian mereka masing-masing juga."
Ibu: "Eeh, ngga boleh gitu. Ufa tetep harus cerita kalau ada apa-apa.
Walaupun kita terpisah jauh, ibu kan harus tau keadaanmu gimana."



Aku speechless, ngga nyangka ibu bisa bicara seperti itu.

Ibu: “Halo? Ufa?”

Aku: “Ya bu. Kalo ufa cerita, ufa takut ibu nanti khawatir.”

Ibu: ”Ya kalo ufa tegar, ufa sabar, ibu di sini juga bisa tegar kok. Tapi dari kamunya yang harus bisa nguat-nguatin diri. Dengan gitu, ibu ngga akan terlalu khawatir. Ya namanya ibu masa ngga khawatir sama anaknya, apalagi ngga di rumah.”

Lagi-lagi aku hanya terdiam. Jarang sekali Ibu berkata seperti itu. Tapi perkataan ibu benar. Aku harus lebih banyak bersabar.

Aku ngga boleh mengeluh!

Ibu kemudian bertanya kapan aku pulang. Beliau bilang adik-adik sudah menungguku karena kami akan touring ke Jogja dan sekitarnya begitu aku pulang.

Aku: "Oh, jadi nungguin ufa pulang karena ngarep jalan-jalannya nih?"

Ibu hanya tertawa.

Ibu: “Eh, bapak uda pulang tuh. Udah dulu, fa. Ya pokoknya ufa banyak doa, yang sabar aja fa. Ya?’

Aku: “Iya bu. Insya Alloh. Alhamdulillah jazakillahu khoiro, ya, bu”


Telepon kututup, dan aku masih berpikir. Tentang sakit ini, benar ini adalah cobaan. Yang namanya cobaan, tentu Alloh punya maksud mengapa aku dicoba seperti ini. Bisa jadi aku punya suatu kesalahan atau dosa, lalu Alloh memperingatkanku lewat cara aku disakitkan. Barangkali pula, ini adalah salah satu ujian kesabaran. Sejauh mana aku bisa sabar. Andaikata ini memang ujian kesabaran, aku ingin lulus dengan nilai yang baik. Maksudku, walau kulewati dengan susah payah, aku mau kesabaranku nanti bisa berbuah menjadi hal-hal lain yang baik.

0 Comments:

Post a Comment

 

IncrediBila Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review