Aku membuka mata.
Astagfirulloh, kenapa kepalaku engga bisa diangkat? Oh, apa tadi aku kecelakaan? Loh, kok aku di sini? Tadi kan aku di sana. Ya Allah, aku masih hidup ya? Alhamdulillah! Ya Allah, besok aku UTS, aduh.
Seorang bapak-bapak mengangkatku berdiri. "Aduh, gimana sih Pak, liat-liat dong. Aduuh, kasian ini Pak, anak sekolah!"
Ada seorang laki-laki yang menjawab, "Maaf, maaf, saya tanggung jawab, saya tanggung jawab. Kamu ngga apa-apa? Klinik paling deket di mana? Kamu kuat ngga?"
Oh, bapaknya ngomong sama aku rupanya.
Kepalaku sakit, nyut-nyutan, dan pandanganku kabur. Tapi aku harus tetep sadar. Sadar. Sadar. Sadar. Sadar.
Eh, apa ini, kok basah di hidung? Innalillahi, darah. Aduh, alamat luka dalem nih?
Ya Allah, aku bisa bertahan sampai kapan? Eh, astaghfirulloh, engga boleh mikir gitu. "Ayo, mbak, ayo, diobatin dulu lukanya. Kamu tau kliniknya kan?" kata bapak... oh, ini bapak yang nyenggol aku barusan.
"Iya, pak, saya tau."
Di klinik medika. Aku hampir jatuh karena lemas. Duduk, aku mau duduk. Aduh, darahnya berceceran di lantai.
"Wah, itu luka dalem. Langsung dibawa ke rumah sakit aja."
Begitu mendengar ucapan dokter itu, bapak ini langsung membawaku keluar.
"Sebentar, pake ini biar darahnya nggak ngalir terus" Dokter itu memberiku dua lembar kasa.
Sambil terburu-buru, bapak ini membawaku keluar dari klinik, tanpa say goodbye dulu dengan mbak-mbak cantik di meja pendaftaran.
Published with Blogger-droid v2.0.4
0 Comments:
Post a Comment