Ha, malam pertama. Betul, hari ini 19 September 2010 adalah malam pertamaku keluar dari rumah. Dan di malam pertamaku ini, aku diqodar sendirian di kamar. Ketika membaca quran terhalang keadaan, hanya notebook pemberian Bapak yang kujadikan teman.
Biasanya kalau merasa sepi atau sendiri, aku merasa jadi orang yang paling malang dan menyedihkan di dunia ini. Apa ini terjadi pada orang lain, entahlah, tapi beginilah aku adanya saat ini. Lihat, bahasa yang kutulis seserius ini, juga terdengar melow (apaan sih melow, kayaknya engga ada di kamus deh). Padahal biasanya tulisanku asal sahut saja.
Diingat-ingat, biasanya jam segini Rafi mencariku, “Mbak, mau bobo...”. Lalu aku mulai cerewet menyuruh Prama dan Rafi untuk pipis sebelum tidur. Sekarang apa kabar, ya, di sana? Siapa yang menemani mereka tidur?
Atau mungkin aku lagi nonton. Atau mungkin kalau engga ada acara menarik di TV, ya internetan. Ah, selamat tinggal era internet gratis sepuasnya dibayarin bapak. Selamat datang era nyari hotspot atau warnet, hiks..hiks.... sudah engga bisa posting, browsing, uploading, downloading.. sesuka hati, nih. Ah, dunia yang indah.
Di rumah pasti akan banyak hal yang kurindukan. Keributan di pagi hari, antri mandi, kaus kaki hilang sebelah, makanan tumpah di seragam.... Atau ketika jam sepuluh ketika aku buru-buru pergi menjemput Prama. Lalu melihat betapa ganteng dan cool-nya adikku dari gerbang sekolah, berjalan dan melambaikan tangannya padaku. Duh, duh, adikku masih kecil tapi cool-nya engga nguatin deh. Hihi, malah ganjen.
Aku juga senang melihat Ifa, Afi, Ofi yang misuh-misuh engga jelas gara-gara aku kerjain atau kucerewetin. Haha, barangkali ngedumelnya, “Heran, punya Mbak kok ajaib gini. Cerewet stadium akhir,”
Juga ketika aku menggoda ibu, manggil-manggil engga jelas, “Hey, Mommy!”
“What?”
“Engga..”
Atau ketika aku menertawakan ibu yang digoda bapak. Ah, bapak selalu saja punya bahan godaan buat ibu.
Kalau kuingat terus yang ada di rumah, ya memang engga akan ada habisnya. Rumahku adalah sumber kebahagiaan, sumber kenangan, sumber inspirasi. Dan kalau kuingat ternyata aku sudah tak lagi menjadi bagian dari kisah-kisah di rumah, ah, membangkitkan kesedihanku deh.
Yah, barangkali dari sinilah aku diuji. Apakah aku mampu melangkah seorang diri. Apakah mampu aku menyesuaikan diri. Akan terasa sulit, sepertinya (sok tau) tapi aku harus bersikap realistis. Aku punya rumah baru, keluarga baru dan peraturan baru. Dan aku harus cocok dengan semua yang baru itu.
Kubaca lagi tulisanku, kedengarannya lebay, ya? Apalagi kalau yang baca kakak-kakak tingkat yang sudah banyak pengalaman. Barangkali komentar mereka, “Ah, nanti juga biasa!”. Ya memang betul sih, nanti juga biasa. Aku tau. Tapi menurutku engga salah kan kalau aku menciptakan momen penting dari momen yang engga penting ini?
Triplek Atas, 19 September 2010
Antara sepi dan penyesalan...
4 Comments:
hmm.,like this
jadi inget pas pertama kali di pdk kediri,,haha
seneng baca2 tulisanmu, :)
ha,
ngga nyangka tulisan ini bakal mas baca
jaza kallahu khoir buat komengnya :D
do you or did you hav anythin' like this...
i visited ur own but i found nothin
"Lalu aku mulai cerewet menyuruh Prama dan Rafi untuk pipis sebelum tidur...." di sini kami bilang, jadi orang tua kadang harus berani "jueh", banyak ngomong alias cerewet. beri order ini itu, larang begini begitu, saran ba bi bu....ect. it was multiple action and need multiple intelegen.......
jadi orang tua itu sulit ya pak?
Post a Comment