Jangan percaya kalau aku membenci Gia. Tapi itulah kenyataannya. Ia adalah teman dekatku. Sahabat? Tidak tahu! Dia temanku, dan kurasa dia orang yang tepat untuk jadi teman dekatku.
Ia berkulit putih, aku berkulit putih. Ia terlihat menawan, aku terlihat sangat elegan. Ia bisa menari, dan aku pun bisa. Ia bisa menyanyi, aku pun bisa. Ia pintar, aku pun pintar. Tetapi ia terpilih menjadi pemeran utama opera Prince Frog dan aku tidak. Ia terlihat sangat menyukaiku, dan aku membencinya. Ini adil?
Ia berkulit putih, aku berkulit putih. Ia terlihat menawan, aku terlihat sangat elegan. Ia bisa menari, dan aku pun bisa. Ia bisa menyanyi, aku pun bisa. Ia pintar, aku pun pintar. Tetapi ia terpilih menjadi pemeran utama opera Prince Frog dan aku tidak. Ia terlihat sangat menyukaiku, dan aku membencinya. Ini adil?
Seperti Senin-Senin sebelumnya, kelasku mengadakan undian tempat duduk. Semua mulai bertanya-tanya siapa sitmate mereka seminggu kedepan. Begitu pun aku. Tapi tak kusangka, sitmate-ku kali ini Gia!
“Hai, Meggy! Ini saat yang kutunggu!” ujarnya. Yeah, kita sebangku. Aku tersenyum padanya. Ia terlihat ingin mengobrol namun Mrs Tome, guru sains kami sudah datang.
Senin terdengar membosankan, setelah seharian memanjakan penyakit malas kita di hari Minggu. Aku sudah mulai bosan mendengar penjelasan Mrs Tome tentang pewarisan sifat yang menjenuhkan itu.
Aku meletakkan kepalaku di atas meja hingga Gia menegurku, “Tidakkah kau mendengar penjelasannya? Kau akan tertinggal karena materinya sulit sekali,” Ah, peduli apa? Aku sudah merasa pintar untuk belajar sendiri.
Aku membencinya, tapi aku tak ingin komunikasi kita putus. Lagipula, cuma aku yang tahu aku membencinya. Ia tak boleh tahu.
“Tidak, aku begitu lapar. Mendengarkannya membuatku sangat mengantuk!”
Gia memintaku segera makan. Aku tak menghiraukan ocehannya itu. Mengikuti perkataannya akan membuatku merasa tunduk kepadanya.
###
Bagaimana hubungan Meggy dan Gia selanjutnya? Tunggu lanjutannya yaa!
0 Comments:
Post a Comment