Maaf ya kmrn gw nepok pundak lo, gw lg excited wktu itu, jadi lupa kl lo cwe krudungan..jd ngrasa salah gw..(aku sensor, no offense)
*****
Tiba-tiba terlintas memori yang terekam kemarin. Siang itu kami baru saja pindah kelas dari I303 ke J201. Setelah kelas Perpajakan berakhir, kami masih harus mengikuti kelas Akuntansi Biaya. Di antara dua mata kuliah itu ada waktu jeda untuk solat dzuhur.
Ketika hendak solat, ia memanggil, menanyakan sudah sejauh mana tugas kelompok makroekonomi kami. Ya, kami sekelompok dalam tugas itu. “Bil, tugas kita gimana? Lo yang buat kan?” Ia lalu menyejajari langkahku, as if we walk together.
“Uda kok, uda beres,” kataku sambil berjalan.
Ia tersenyum puas. “Wah, sip! Emang deh, Nabila emang..” sepertinya ia melemparkan kata pujian. Lupa bagaimana tepatnya, yang aku ingat aku hanya tersenyum aneh.
Dan di sanalah, kemudian dia menepuk bahuku. Aku sedikit terkesiap. Dalam hati, “Waduh, ngapain nih?” Tapi aku bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Hanya berjalan sambil sedikit menjauh. Sambil berjalan aku berpikir, apa aku harus mengingatkannya untuk tidak berbuat seperti itu pada perempuan? Ini kan baru dua minggu kami sekelas. Masih dalam tahap mengenal satu-sama lain. Aku belum tahu watak teman-teman seperti apa. Dan menurutku sama sekali tidak lucu juga kalau tiba-tiba aku ceramah, mendalil di depan teman-teman tentang pergaulan laki-laki dan perempuan. Nabi juga dulu saat berdakwah tidak langsung frontal kan pada masa-masa awal kerasulannya.
Dilema. Bagaimana pun sikapku kurang benar kalau aku Cuma diam saja. Tapi kenyataannya memang aku tidak berkata apa-apa lagi setelah itu.
Dan, kau tahu sendiri kelanjutannya. Sms darinya kuakui cukup membuatku terkejut. Tapi tak ayal aku tertawa lepas. Aku malah berpikir, apa dia memikirkan sampai seperti itu, sementara aku sendiri langsung lupa dengan masalah itu. Aku jadi kasihan padanya. Haha, lucu!
Dalam hati aku berkata, “Waw, kok bisa tau ya?” Aku berpikir sebentar, kemudian mengetik sebuah balasan untuknya.
Iya ***, gpp. Nyadar jg km, haha. Kmrn sih aku kaget, tp diem aja, paling km khilaf kan, haha.. XDAku berusaha sehalus dan sesantai mungkin. Lagi pula aku sama sekali tidak marah. Bahkan kalaupun ia tidak mengirimiku sms itu, aku bisa mengerti kalau dia belum mengenali watakku dan paham tentang keyakinanku.
Dibikin sante aja ***, asal jgn diulangi lg
Di kelas, kami tetap akrab. Seakan-akan tidak terjadi apa-apa, dan aku senang. Kami masih tetap bisa berdiskusi tentang pelajaran, masih bisa sedikit melempar joke-joke ringan. Oh, iya. Walaupun aku sedikit membatasi pergaulanku dengan teman-teman laki-laki, bukan berarti aku tidak mau berteman dengan mereka, loh! Aku senang bergaul dengan teman laki-laki. Mereka bahkan bisa lebih fun dibanding teman-teman perempuan dan lebih bisa membuatku nyaman berteman dengan mereka daripada teman perempuan yang kelihatan punya kepentingan sendiri. Lagipula di kampus kami, jumlah laki-laki lebih banyak dari perempuan. Interaksi dengan teman laki-laki kan tidak bisa dihindari. Hanya saja aku berusaha menghindari, ya.. such kontak fisik, atau sms yang sifatnya melanggar barangkali. Atau bisa saja sesuatu yang tidak boleh, tapi aku lupa. Ya, aku akan berusaha menghindarinya.Agak pas juga dengan nasihat Pak Dawa’i selepas solat Jumat. Beliau membahas pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Salah satunya bahwa jarak terdekat laki-laki dan perempuan adalah satu meter. Tidak boleh lebih dekat lagi. Ya, aku akan berusaha, insya Allah!
Jadi, tenang saja. Aku orangnya suka bergaul kok, mungkin pertama kali kesannya aku ini sombong, atau pendiam. Yah, risiko punya wajah antagonis (kata teman-teman). Lihat saja nanti bagaimana kalau sifat asliku muncul. Yasudah, yang penting ayo kita berteman!
0 Comments:
Post a Comment