Ha, membusuk! Sadis amat! Ya memang begitulah kenyataannya. Aku seperti membusuk di rumah. Hidup tanpa punya kegiatan yang berarti, dan menyadari begitu banyak waktu yang akan (telah) berlalu dengan sia-sia. Siapa yang merasa baik-baik aja dengan keadaan itu?
Empat puluh hari, kurang lebih, di rumah, kamu mungkin bisa ngebayangin gimana bosennya. Empat puluh hari cuy! Jangan salahkan bunda mengandung kalo bete-nya nggak ketulungan. Rasanya ingin cepet-cepet kembali kuliah, kembali sibuk. Padahal saat sibuk mendera, nyata-nyata kesempatan dan waktu luang seperti inilah yang jadi dambaan.
Dilema oh dilema. Walau membosankan, tetap berat rasanya meninggalkan rumah. Aku seperti nggak rela meninggalkan ibu, bapak dan adek-adek, melewatkan cerita-cerita lucu yang sering terjadi di rumah, makan bareng, ketawa bareng, atau mungkin ketegangan yang kadang-kadang terjadi.
Seminggu dua minggu terakhir ini aku berpikir, "kontemplasi," begitu kata Pak Har. Rugi banget kan kalau hari-hari ini dijalanin dengan bete, bad mood dan semua perasaan negatif lainnya. Apalagi sekarang aku masih bisa kumpul dengan keluarga, bareng ayah yang gaul tapi bijak, ibu yang cantik dan murah hati, adek-adek yang pinter tapi gokil. Rasanya egois banget kalau aku menunjukkan kebosananku di depan mereka sedangkan mereka-however- seneng kalau aku di rumah.
Ini seperti melihat tanaman mawar, kan. Kamu mau terpaku pada durinya atau melihat keindahan bunga mawar itu? Libur panjang ini pun demikian. Walau membosankan, tapi jelas aku melihat inilah caranya supaya aku bisa puas-puasin diri bersama mereka.
Akhirnya aku pada saat itu berkeinginan untuk menghabiskan dua minggu yang tersisa dengan lebih berkualitas bersama mereka. Aku pikir aku harus membuat dua minggu itu bermakna. Apapun. Bagaimanapun.
...
(bersambung)
22.09.2011
16.35
0 Comments:
Post a Comment